Makna Lafadz Istawa pada Surat Thoha Ayat 5
Al-Qur’an kaya akan sastra Arab yang sulit dipaham oleh siapa pun yang tidak mendalami ilmu gramatika Arab. Salah satu contohnya surat thoha ayat 5
اَلرَّحۡمٰنُ عَلَى الۡعَرۡشِ اسۡتَوٰى
Kalimat “اسۡتَوٰى” dalam ayat di atas ada yang mengartikan bersemayam, dan ada juga yang mengartikan menguasai.
Lafadz “اسۡتَوٰى” dalam ayat di atas dimaknai (ditakwil) dengan lafadz “” yang bermakna tinggi. Karena, jika ayat tersebut diartikan wajib Allah SWT. Yaitu berbeda dengan makhluk-Nya (mukholafatul lilhawaditsi), karena Allah SWT tidak membutuhkan tempat bersemayam sebagaimana makhluk-Nya.
Dalam kitab Tafsir Jalalain 2/19
الرحمن على العرش استوى(5) الرحمن على العرش استوى هو "الرحمن على العرش" وهو في اللغة سرير الملك "استوى يليق به
Dan dikitab tafsir Al-Thobari 11/228
حدثت بذلك, عن عمار بن الحسن قال حدثنا عبد الله بن أبي جعفر عن أبيه عن الربع بن أنس (ثم استوى إلى السماء) يقول ارتفع إلى السماء ثم اختلف متأولو الإستواء بمعنى العلو والإرتفاع في الذي استوى إلى السماء فقال بعضهم الذي استوى إلى السماء وعلا عليها هو خالقها ومنشؤها وقال بعضهم بل العالي عليها الدخان الذي جعله الله للأرض سماء
Dialog Imam Abu Hanifah dan Atheis
Suatu saat, terjadi sebuah dialog antara imam Abu Hanifah dan seorang Atheis.Atheis berkata, “di mana kira-kira Rabbmu (tuhanmu) berada?”
Imam Abu Hanifah menjawab, “jika kami membawa segelas susu segar ke sini, apakah kalian yakin dalam susu itu terdapat zat minyak (lemak)?”
“ya tentu”
“tolong perlihatkan kepadaku, di mana adanya zat minyak itu”
Membaur dalam seluruh bagiannya”
Kalua minyak yang makhluk itu tidak mempunyai tempat khusus dalam susu tersebut, apakah layak kalian meminta kepadaku untuk menetapkan tempat bagi Allah SWT.?
(Fathul Majid, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani)
Baca juga : Hadis Tayammum