Download kitab I'lamu as-Saajid biahkamil Masaajid - Imam Zarkasyi
Kitab "I'lamus Sajid bi Ahkamil Masajid" adalah karya pertama ulama Islam yang membahas secara khusus tentang masjid. Kitab ini ditulis oleh Imam Zarkasyi, seorang pakar mazhab Syafi’i yang juga ahli dalam hadits, ushul, dan bahasa. Nama "Zarkasyi" berasal dari pekerjaan beliau sebagai pembuat zarkas, yaitu pakaian yang disulam dengan emas. Karya ini kemudian diikuti oleh ulama lainnya, seperti Abu Bakar al-Jiro’i dengan kitab "Tuhfatur Raki’ was Sajid fi Ahkamil Masajid" dan Muhammad bin Abi Bakar Al-Ala’i Al-Hanbali yang menulis "Ittihafus Sadatil Amajid bi Ahkamil Masajid." Ulama kontemporer juga melanjutkan tradisi ini, salah satunya adalah Khairuddin Wanili yang menulis "Al-Masjid fil Islam wa Ahkamuh."
Imam Zarkasyi menghabiskan masa kecilnya dengan menimba ilmu, melakukan perjalanan ke berbagai tempat seperti Mesir, Halb, dan Damaskus. Beliau wafat pada usia 49 tahun, tepatnya pada tahun 794 Hijriah, meninggalkan warisan karya-karya besar, termasuk kitab yang menjadi fokus kali ini. Kitab "I'lamus Sajid bi Ahkamil Masajid" ditulis dengan tujuan membahas hukum masjid secara mendalam. Kitab ini dimulai dengan muqaddimah yang memberikan definisi masjid dan sejarah singkat tentang pembangunan masjid di dunia.
Kitab ini terdiri dari empat bab utama. Bab pertama membahas tentang Masjidil Haram, bab kedua tentang Masjid Nabawi di Madinah, bab ketiga mengenai Masjidil Aqsa di Palestina, dan bab terakhir mengupas seluruh masjid di dunia. Salah satu keunggulan dari kitab ini adalah fokus pengarang pada mazhab Syafi’i, meskipun beliau juga menyebutkan pandangan mazhab lain untuk memperluas wawasan pembaca. Contohnya adalah ketika membahas kebolehan makan di masjid, Imam Zarkasyi mencantumkan pendapat Imam Malik yang memakruhkan makan di masjid kecuali dalam jumlah sedikit.
Pendekatan Imam Zarkasyi dalam menulis kitab ini adalah mengumpulkan semua hukum yang berkaitan dengan masjid dari berbagai literatur fiqih. Dengan cara ini, beliau memudahkan para pengkaji berikutnya untuk memahami hukum masjid secara komprehensif. Meskipun isinya yang hampir lengkap, kitab ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami, sehingga cocok untuk dibaca dan dikaji oleh berbagai kalangan. Kitab ini juga kaya akan dalil, di mana Imam Zarkasyi sering menyertakan dalil setelah menyebutkan hukum. Namun, ada beberapa bagian di mana beliau hanya menyebutkan hukum tanpa dalil, seperti dalam masalah keempat belas dari bab empat yang membahas tentang kebolehan seseorang yang junub untuk masuk masjid guna mandi besar.
Selain itu, kitab ini juga banyak membahas sejarah masjid, termasuk Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjidil Aqsa, serta sejarah awal mula berdirinya masjid di Mesir. Namun, hadits-hadits yang tercantum dalam kitab ini tidak dapat dijadikan satu-satunya rujukan tanpa meneliti kembali dari kitab-kitab hadits otoritatif, karena tugas kitab ini hanyalah menyebutkan hadits, bukan menentukan kesahihan atau kelemahannya.
Generasi Muslim setelah Imam Zarkasyi banyak yang menjadikan kitab ini sebagai rujukan, termasuk Imam Suyuti dalam "Ittihaful Akhosso bi Fadoilil Masjidil Aqsa" dan Imam Koffaji dalam "Nasiimur Riyadh ala syifail Qadi ‘Iyadh." Bahkan, ada yang berpendapat bahwa kitab "Tuhfatur Raki’ was Sajid fi Ahkamil Masajid" adalah ringkasan dari karya Imam Zarkasyi, meskipun pendapat ini ditolak oleh banyak pihak.
Kitab "I'lamus Sajid bi Ahkamil Masajid" memiliki nilai penting di mata para cendekiawan Muslim. Abul Fadl Ibrahim, ketua lajnah Ihyai Turatsil Islami, menyebutkan bahwa kitab ini adalah salah satu yang terbaik dalam membahas tentang masjid. Keberhargaan kitab ini mencerminkan keikhlasan Imam Zarkasyi dalam menyusunnya, sebagaimana dinyatakan dalam muqaddimah kitab ini: "Aku menyusunnya dengan harapan pahala dari Allah swt." Kitab ini tidak hanya menjadi sumber hukum tetapi juga memberikan wawasan sejarah yang kaya tentang masjid dalam Islam.
Identitas Kitab