Perintah Orang Tua untuk Menceraikan Istri
Sejak sebelum menikah, ibunda Agung sudah tidak setuju dengan istri pilihannya. Namun, agung tetap bersikeras menikah dengan wanita tersebut. la yakin, lama-kelamaan ibunya akan menerima istrinya tersebut. Namun, setelah waktu bergulir, ibunya tetap belum bisa sepenuh hati menerima menantunya. Sang ibu malah memintanya untuk menceraikan istri yang sudah dicintainya tersebut. Sampai-sampai ibunya bersumpah tidak akan mau bicara kepada Agung sebelum ia menceraikan istrinya.
Pertanyaan
1. Manakah yang harus dipilih oleh Pak Agung, menuruti perintah ibunya atau mempertahankan rumah tangganya?
2. Sejauh mana batasan wajib mematuhi perintah orangtua?
Jawaban
1. Diperbolehkan untuk mempertahankan rumah tangganya. Namun, sebaiknya Pak Agung menuruti permintaan ibunya agar tetap terjaga hubungan baik dan tidak menyakiti perasaan ibundanya.
2. Sebatas perintah orangtua tersebut tidak menyalahi syari'at dan masih dalam batas kewajaran.
Referensi
إسعاد الرفيق (٢ / ١١٤-١١٥) - (فَصْلُ وَمِنْ مَعَاشِي كُلَّ البَدَنِ) أَيِ الْمَعَاصِي الَّتِي تَحْصُلُ بِكُلِّ الْبَدَنِ (عُقُوْقُ) كُلَّ مِنَ الْوَالِدَيْنِ) أَوْ أَحَدِهِمَا وَإِنْ عَلَا - إلى أن قال - وَيَحْتَمِلُ أَنَّ الْعِبْرَةَ بِالتَّأَذَّيْ لَكِنْ لَوْ كَانَ فِي غَايَةِ الْحُمْقِ أَوْ سَفَاهَةِ الْعَقْلِ فَأَمَرَ أَوْ نَهَى وَلَدَهُ مِمَّا لا يُعَدُّ مُخَالَفَتُهُ فِيْهِ فِي الْعُرْفِ عُقُوْقًا لَمْ يَفْسُقُ بِهَا الْوَلَدُ لِعُذْرِهِ حِيْنَئِذٍ وَعَلَيْهِ لَوْ أَمَرَهُ بِطَلَاقِ مَنْ يُحِبُّهَا فَلَمْ يَسْتَثِلُ أَمْرَهُ لَمْ يَأْثَمْ وَالْأَفْضَلُ الْاِمْتِقثَالُ وَعَلَيْهِ يُحْمَلُ مَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ أَمَرَ ابْنَهُ بِذَلِكَ فَأَبَى فَذَكَرَ لَهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فَأَمَرَهُ بِطَلَاقِهَا وَكَذَا سَائِرُ أَوَامِرِهِ الَّتِي لَاحَامِلَ عَلَيْهَا إِلَّا ضُعْفَ عَقْلِهِ وَسَفَاهَةَ رَأْيِهِ وَلَوْ عُرِضَتْ عَلَى ذِيْ عَقْلٍ لَعَدَّهَا مِنَ الْمُتَسَاهِلِ فِيْهِ.
فتح الباري (٤٩٧/١٣) - وَالْعُقُوْقُ بِضَمَّ الْعَيْنِ الْمُهْمَلَةِ مُشْتَقُ مِنَ الْعَقِّ وَهُوَ الْقَطْعُ وَالْمُرَادُ بِهِ صُدُوْرُ مَا يَتَأَذَّى بِهِ الْوَالِدُ مِنْ وَلَدِهِ مِنْ قَوْلِ أَوْ فِعْلٍ إِلَّا فِي شِرْكِ أَوْ مَعْصِيَةٍ مَا لَمْ يَتَعَنَّتِ الْوَالِدُ.
Terkait : Hutang untuk Bingkisan Walimah