Hikayat: Al-Mubarak Budak yang Amanah
Nderekngaji.com - Dulu di Madinah, terdapat seorang raja kaya raya dan berakhlak mulia. Ia memiliki seorang putri yang sangat cantik. Banyak pembesar negeri dan orang-orang kaya yang hendak mempersunting putrinya. Namun, semuanya ia tolak. la juga memiliki seorang budak berkulit hitam yang berasal dari India yang bernama Mubarok.
Pada suatu hari, sang raja memerintahkan mubarok untuk menjaga kebun anggurnya. Si budak pun berangkat menuju kebun. Dua bulan berselang, sang raja pergi ke kebun anggur untuk melihat kondisi kebunnya. Di kebun, ia memerintahkan budaknya, Mubarok, untuk memetik anggur untuknya.
Sang raja kaget. Anggur yang dipetik Mubarok ternyata rasanya masam. Raja pun memerintahkan Mubarok untuk kembali memetik anggur. Untuk kedua kalinya, anggur yang dipetik Mubarok rasanya masam.
Raja berkata, "Kamu sudah dua bulan di sini. Mengapa kamu belum bisa membedakan anggur yang masam dan anggur yang manis?"
"Tuan memerintahkanku untuk menjaga anggur, bukan memakan anggur. Jadi, aku tidak mau mengkhianati dan melanggar perintah tuan," jawab si budak.
Baca juga: Su'udzon pada Mayit
Mendengar jawaban Mubarok, sang raja terkagum-kagum. Kemudian, sang raja bercerita kepada Mubarok bahwa dia mempunyai seorang putri cantik yang telah dilamar banyak pembesar dan saudagar kaya. Namun, semuanya ditolak. "Bagaimana pendapatmu?" tanya sang raja.
"Tuanku, orang-orang zaman jahiliyah sangat mengedepankan nasab, agama, dan pangkat derajat. Sedang orang- orang Yahudi dan Nasrani sangat mengedepankan paras dan kecantikan. Dan orang-orang di zaman Rasulullah saw. sangat mengedepankan agama dan ketakwaan. Tinggal tuan ingin memilih yang mana?" sahut Mubarok.
"Aku memilih agama dan ketakwaan. Maka dari itu, aku ingin kau menikahi putriku. Aku menilaimu sebagai orang yang baik dan amanah," kata sang raja.
Mubarok merasa tidak pantas bersanding dengan seorang putri raja. la sadar bahwa dirinya hanyalah seorang budak India berkulit hitam. Namun, sang raja tidak menjadikan itu sebagai suatu masalah.
Kemudian sang raja mendatangi istrinya. Ia mengatakan. pada istrinya bahwa ia akan menikahkan putrinya dengan budaknya, Mubarok. Sang istri menyetujuinya. Namun ia terlebih dahulu ingin menemui putrinya dan menanyakan apakah ia sudah siap menikah. Ternyata angin segar menghampiri keluarga sang raja. Putrinya pasrah total kepada kedua orangtuanya. Akhirnya sang raja menikahkan putri tercintanya dengan Mubarok, seorang hamba sahaya yang sangat bertakwa. Dari pernikahan ini lahirlah seorang ulama besar yang masyhur sebagai wali karena ketakwaan dan keluhuran agama orangtuanya. Ia adalah Abdullah Bin Mubarok.
(An Nawadir, Ahmad Syihabudin bin Salamah Al Qalyubi)