Mengenal Sunan Abu Daud
Pendahuluan
Sunan Abu Daud adalah salah satu kitab Sunan yang muncul pada abad ke-3 Hijriyah. Bersama dengan kitab-kitab Sunan lainnya, kitab ini merupakan sumber hadis Nabi yang sangat berharga. Para ulama memberikan banyak komentar positif tentang kitab ini. Sunan Abu Daud ditempatkan pada kelompok kedua setelah Shahih al-Bukhari dan Shahih Imam Muslim sebagai sumber hadis sahih dan hasan. Di antara kitab-kitab Sunan, kitab ini diakui sebagai kitab yang memiliki akurasi tertinggi.
Penulis Kitab Shahih
Penulis kitab ini adalah Sulaiman ibn al-Asy’ats ibn Ishaq ibn Basyir ibn Syaddad ibn Amr al-Azdadi al-Sijistani. Ia lahir pada tahun 202 H di Sijistan, wilayah antara Iran dan Afganistan, dan wafat pada tahun 275 H. Sejak usia dini, ia belajar agama terutama al-Qur'an dan Bahasa Arab. Ketertarikannya pada bidang hadis juga muncul sejak usia dini karena ayahnya, al-Asy’ats bin Ishaq, adalah seorang perawi hadits yang meriwayatkan hadis dari Hamad bin Zaid dan saudaranya, Muhammad bin al-Asy`ats, yang juga seorang ahli hadits.
Minatnya dalam bidang hadis membawanya melakukan perjalanan ke berbagai negeri di mana terdapat guru-guru hadis terkenal, seperti Khurasan, Rayy, Kuffah, Bagdad, Basrah, Damaskus, dan Mesir. Di negeri-negeri ini, ia belajar dari guru-guru yang terkenal seperti Yahya bin Main, Abu Amr al-Dharir, Abu Walid al-Thayalisi, Sulaiman ibn Harb, Usman ibn Abi Syaibah, Ahmad bin Hanbal, Abdullah bin Maslamah, dan Qutaibh bin Sa’id.
Ia mendapatkan banyak pujian dari para ulama, salah satunya dari Ibrahim al-Harbi yang menyatakan bahwa hadis dilunakan bagi. Pujian dari para ulama ini bukanlah suatu yang berlebihan, tetapi dibuktikan dengan berbagai karyanya yang lahir dari tangannya, antara lain: Kitab al-Sunan, Kitab al-Marasil, Kitab al-Qadr, Al-Nasikh wa al-Mansukh, Fadhail al-A’mal, Kitab al-Zuhd, Dalil al-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahy, dan Akhbar al-Khawarij.
Baca juga : Penjelasan Tentang Ilmu Hadits
Nama Kitab dan Kandungan Hadis
Kitab ini diberi nama oleh Abu Daud dengan al-Sunan, seperti surat yang ia kirim ke penduduk Mekah. Dari penamaan al-Sunan ini, terlihat bahwa Abu Daud memiliki kecenderungan pada fiqh. Oleh karena itu, seluruh hadis yang terdapat dalam kitabnya, yakni 4800 hadis yang ia saring dari 500.000 hadis, berhubungan dengan lapangan kajian fiqh. Kitab ini mendapat perhatian serius dari para ulama, terbukti dari syarah (penjelasan) yang ditulis oleh para ulama, tidak kurang dari 13 buah kitab. Di antara kitab syarah yang paling terkenal adalah 'Aun al-Ma’bud ‘ala Sunan Abi Daud yang ditulis oleh Syaikh Syarf al-Haqq, Syarh Syaikh Abu al-Hasan al-Sanadi al-Madani, dan Ma’alim al-Sunan karya Abu Sulaiman al-Khattabi.
Kriteria dan Sistematika Kitab Shahih
Seperti muhadditsin lainnya, Imam Abu Daud juga menggunakan kriteria keshahihan hadis, seperti kebersambungan sanad, 'adalah (tegas dan jelas), dhabit (terpercaya), ketiadaan syudz (cacat), dan 'illat (kelemahan). Hadis-hadis yang tertulis dalam kitabnya sebagian ada yang sahih dan ada pula yang dha’if. Hal ini sesuai dengan yang ia jelaskan sendiri:
"Telah kutulis hadis-hadis dari Rasulullah SAW sebanyak lima ratus ribu hadis, dan aku telah memilih dari antara mereka yang dimasukkan dalam kitab ini, dan aku telah mengumpulkan di dalamnya empat ribu delapan ratus hadis. Aku menyebutkan yang sahih dan apa yang menyerupainya dan mendekatinya, dan apa yang mengandung cacat yang parah, aku jelaskan. Dan apa yang tidak aku sebutkan di dalamnya, maka ia adalah hasan (baik), dan sebagian hadis lebih sahih daripada sebagian yang lain."
Oleh karena itu, sesuai dengan penjelasannya, di dalam kitabnya terdapat penjelasan tentang kualitas beberapa hadis yang termasuk dalam kategori dha'if. Beberapa ulama memandang penjelasan Abu Daud ini sebagai hal yang positif karena ia telah menjelaskan status hadis yang dha'if, sehingga orang dapat menghindarinya. Namun, ada juga pandangan lain yang menganggap bahwa Abu Daud agak toleran dalam memperlakukan hadis-hadis dha'if.
Sistematika penulisan Kitab Sunan Abu Daud sangat baik. Pertama, ia memberikan komentar tentang kualitas beberapa hadis. Kedua, ia sangat memperhatikan matan hadis sehingga ia menyebutkan lafaz hadis ini dari si fulan (perawi). Demikian pula, bila ada tambahan dalam matan hadis, ia menyebutkan bahwa pada matan hadis ini ada ziyadah (tambahan). Ketiga, ia juga menghimpun beberapa jalur sanad yang berbeda, bahkan terkadang sampai tiga jalur sanad untuk satu hadis
Kritik dan Pembelaan
Terdapat beberapa kritik yang dikemukakan oleh ulama terhadap karya Abu Daud, seperti Ibn Taimiyah, di antaranya: pertama, beberapa hadis dijelaskan kualitasnya, sementara sebagian lainnya tidak. Kedua, ada hadis dha’if yang dinilai oleh para ulama, namun tidak ada penjelasan dari Abu Daud. Ketiga, ada kemiripan antara Abu Daud dan Imam Ahmad dalam mentolerir hadis-hadis dhaif.
Terkait : Syarah Sunan Abu Daud