Penjelasan KH Miftahul Akhyar Terkait Arti Menahan Lapar dan Haus saat Berpuasa
Nderekngaji - Dilangsir dari situs NU Online Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Miftachul Akhyar, mengemukakan bahwa kewajiban berpuasa sebenarnya mengajarkan makna tentang kesetaraan di antara sesama umat Muslim. Mereka semua diwajibkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan perilaku buruk lainnya, termasuk kelebihan dalam mengonsumsi makanan.
"Menahan rasa haus dan lapar bertujuan agar kita merasakan persamaan dengan yang lain. Banyak orang di luar sana juga mengalami keadaan serupa, bahkan lebih lama," jelasnya saat memberikan pengajaran dalam pengajian Syarah Al-Hikam, pada Jumat (15/3/2024) di Surabaya.
Pengasuh Pondok Pesantren Miftachus Sunnah Surabaya ini kemudian mengkritisi kebiasaan beberapa orang yang tergoda untuk 'balas dendam' dengan makan berlebihan saat waktu berbuka tiba. Padahal, momen berbuka seharusnya menjadi kesempatan untuk memperkuat kemampuan menahan diri. Konsumsi makanan dan minuman saat berbuka sebaiknya dalam batas yang wajar, tidak berlebihan.
"Bulan puasa mengajarkan kita untuk menghemat, bukan sebaliknya. Tidak makan dari Subuh hingga Maghrib adalah bentuk penghematan. Tidak boleh kita 'balas dendam' saat berbuka. Jika demikian, bagaimana dengan nilai penghematan dan makna puasa itu sendiri?" ungkapnya sambil mempertanyakan.
Puasa di siang hari dengan menahan haus dan lapar hingga matahari terbenam adalah pelajaran penting agar kedisiplinan menahan diri menjadi bagian dari karakter orang yang berpuasa, mencerminkan makna sejati dari puasa itu sendiri. "Sikap disiplin saat berpuasa, seperti menahan diri, bersabar, dan sebagainya, harus tercermin dalam diri kita," katanya.
Kiai Miftach, panggilan akrabnya, bersyukur dapat kembali menyambut bulan Ramadhan di tahun ini. Ia mengajak para jamaahnya untuk memanfaatkan bulan suci ini sebaik mungkin. Selain menjalankan puasa, berbagai ibadah sunnah juga sebaiknya ditingkatkan. Pasalnya, bulan Ramadhan merupakan waktu yang penuh berkah yang Allah sediakan.
"Bulan Ramadhan merupakan waktu dimana pahala berlimpah, bahkan amalan sunnah dianggap sebagai wajib oleh Allah. Bahkan tidur orang yang berpuasa dianggap sebagai ibadah. Mengapa demikian? Karena bulan Ramadhan. Kesempatan ini tidak akan kita temui di bulan-bulan lainnya," paparnya.
Menjalani bulan Ramadhan menurutnya harus dilakukan dengan semangat tinggi, dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, dibutuhkan motivasi yang kuat untuk menumbuhkan semangat tersebut. Salah satunya adalah dengan menganggap bahwa Ramadhan kali ini adalah yang terakhir.
"Kita anggap saja bahwa puasa tahun ini adalah yang terakhir, ini hanyalah suatu asumsi. Kenapa? Agar kita dapat mengisi bulan Ramadhan ini dengan semangat dan ketulusan. Dengan berpikir bahwa puasa ini adalah yang terakhir, kita dapat memperkuat semangat kita dalam menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan," tuturnya.