Strategi Rosulullah Dalam Berdakwah Di Mekkah
nderekngaji - Dua tahun setelah wafatnya, Nabi Muhammad SAW belum mengumumkan pesan ilahi-Nya. Ini karena pada saat itu, Allah SWT belum memberinya perintah untuk menyampaikan ajaran-Nya. Baru setelah menerima wahyu kedua, yaitu surat Al-Mudassir ayat 1-7, beliau mulai memulai misi dakwahnya. Peristiwa penerimaan wahyu kedua ini dikenal sebagai awal kerasulan Nabi Muhammad SAW, karena di dalamnya terdapat instruksi untuk menyebarkan pesan ilahi.
Pada awalnya, dakwah Rasulullah SAW di Mekkah dilakukan secara diam-diam. Hal ini dilakukan untuk menghindari reaksi keras yang mungkin timbul di masyarakat. Dakwah diam-diam pertama kali dilakukan di antara anggota keluarga dekat Nabi SAW dan orang-orang yang rentan serta membutuhkan dukungan.
Selain Khadijah, orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan keluarga Nabi adalah Ali bin Abi Thalib, dan dari kalangan budak adalah Zaid bin Harisah. Di antara teman dekatnya adalah Attiq bin Usman, yang kemudian dikenal sebagai Abu Bakar. Empat orang ini adalah pengikut pertama Nabi selama tiga tahun pertama dakwahnya. Melalui perantaraan Abu Bakar, banyak yang memeluk Islam, termasuk Usman bin Affan, Thalhah bin Ubaidillah bin Jarrah, Abdurrahman bin Auf, Arqam bin Abil Arqam, Fatimah binti Khattab (adik Umar bin Khattab), Said bin Zaid al-Adawi (suami Fatimah binti Khattab), dan lainnya. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan dakwahnya secara terbuka.
Dakwah terbuka menjadi ujian terberat bagi Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya. Dakwah pertamanya secara terbuka ditujukan kepada keluarga besarnya, yaitu suku Bani Hasyim. Dakwah ini disampaikan melalui sebuah jamuan makan malam sederhana yang diadakan oleh Nabi SAW. Sekitar empat puluh tokoh dari suku Bani Hasyim diundang untuk makan malam bersamanya. Dalam kesempatan tersebut, Nabi Muhammad SAW menyampaikan kebenaran yang telah diterimanya dan mengajak suku Bani Hasyim untuk mengikuti kebenaran itu. Namun, mereka menolak ajakan tersebut dan bahkan meninggalkan acara sebelum berakhir.
Pada suatu kesempatan, acara tersebut diadakan lagi, dengan harapan para tamu undangan akan lebih mendengarkan pesan yang disampaikan. Namun, tidak ada respons yang positif dari para hadirin. Meskipun demikian, Rasulullah SAW dan pengikutnya tidak menyerah. Dakwah mereka terus diperluas, mencapai puncaknya saat Rasulullah SAW memberikan ceramah terbuka di bukit Sofa. Dalam ceramah ini, beliau mengumumkan kerasulannya sebagai utusan Allah SWT, mengajak penduduk Mekkah meninggalkan penyembahan berhala, dan menegaskan keesaan Allah SWT. Respons masyarakat Quraisy sangatlah negatif, mereka merasa terhina dan marah.
Pembesar Quraisy, termasuk Abu Lahab, secara keras menentang Rasulullah, bahkan mengancamnya. Peristiwa ini tercatat dalam surat Al-Lahab dalam Al-Qur'an. Rasulullah SAW harus bertahan dan tetap teguh dalam menjalankan tugasnya sebagai utusan Allah, meskipun dihadapkan pada tekanan yang berat.
Seiring berjalannya waktu, perlawanan dari para pembesar Quraisy semakin meningkat, termasuk Abu Sufyan, Abu Jahal, Umayah, dan Utbah bin Rabi'ah. Mereka secara diam-diam melawan Rasulullah dan pengikutnya. Para pengikut Rasulullah, terutama yang berasal dari kalangan lemah dan tertindas, sering mengalami siksaan yang berat. Meskipun beliau mendapat perlindungan dari Abu Thalib, Rasulullah tetap menerima tekanan yang besar.
Meskipun demikian, tekanan tersebut tidak selalu dilakukan secara terang-terangan. Pembesar Quraisy masih menghargai Abu Thalib dan anggota kabilah Bani Hasyim lainnya, meskipun sikap mereka terhadap Rasulullah SAW tetap keras.