Telinga Kemasukan Air saat Berpuasa

Sebut saja Fulan, sebagai seorang muslin, tentunya ia wajib menjalankan puasa pada bulan ramadhan. Saat menjalankan ibadah puasa, sebuah kejadian tak terduga menimpa si Fulan, secara tidak sengaja ia kemasukan air di telinganya waktu mandi.

Pertanyaan

Apakah puasa Fulan batal lantaran masuknya air ke dalam telinga tersebut?

Jawaban

Pada dasarnya masalah ini masih terdapat perbedaan pendapat dikalangan madzhab Syafi'i. Pendapat pertama menyatakan tidak batal puasanya karena telinga bukan termasuk rongga luar yang terbuka. Pendapat kedua menyatakan bahwa puasanya batal karena telinga termasuk rongga luar terbuka.

ج ۳ ص ۱۷۱۹ الفقه الإسلامي وأدلته للزحيلي

يفسد الصوم ويجب القضاء فقط دون الكفارة بالأمور الآتية، ويجب الإمساك بقية النهار على من أفطر بغير عذر؛ لأنه أفطر بغير عذر وصول شيء مادي عين إلى الجوف وإن قل كسمسمة ، أو لم يؤكل عادة كحصاة أو تراب من منفذ مفتوح كالفم والأنف والأذن والقبل الإحليل والدبر وجرح الدماغ، إذا كان عمداً؛ لأن الصوم هو الإمساك عن كل ما يصل إلى الجوف، وهذا ما أمسك، فمن أكل أو شرب ناسياً، أو مكرها، أو جاهلاً بأن ذلك مفطر بسبب قرب عهده بالإسلام، أو نشأ ببادية بعيدة عن العلماء، لم يفطر، سواء أكان المأكول قليلاً أم كثيراً ، لعدم توافر العمد. وعدم الفطر بالإكراه هو الأظهر .

Puasa batal dan hanya mengharuskan qadha (mengganti puasa di hari lain) tanpa kafarat dalam kondisi berikut ini, dan wajib menahan diri dari makan dan minum sisa hari bagi yang membatalkan puasa tanpa alasan, karena ia berbuka tanpa alasan yang dibenarkan: Memasukkan sesuatu yang bersifat material (benda fisik) ke dalam perut meskipun sangat sedikit, seperti biji wijen, atau benda yang tidak lazim dimakan seperti kerikil atau tanah, melalui lubang terbuka seperti mulut, hidung, telinga, kemaluan (uretra), dubur, atau luka di otak, jika dilakukan dengan sengaja, karena inti dari puasa adalah menahan diri dari semua yang masuk ke perut, dan dalam hal ini, orang tersebut tidak menahan diri. Namun, orang yang makan atau minum karena lupa, dipaksa, atau tidak tahu bahwa itu membatalkan puasa misalnya, karena baru masuk Islam atau tinggal di daerah terpencil yang jauh dari ulama tidak dianggap batal puasanya, baik yang dimakan itu sedikit atau banyak, karena tidak ada unsur kesengajaan. Tidak batalnya puasa karena dipaksa adalah pendapat yang lebih kuat.

إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين ج ۲ ص ٢٦٥ 

والحاصل أن القاعدة عندهم أن ما سبق لجوفه من غير مأمور به يفطر به، أو من مأمور به - ولو مندوبا - لم يفطر . ويستفاد من هذه القاعدة ثلاثة أقسام : الأول : يفطر مطلقا - بالغ أو لا - و هذا فيما إذا سبق الماء إلى جوفه في غير مطلوب كالرابعة، وكانغماس في الماء - لكراهته للصائم - وكغسل تبرد أو تنظف الثاني : يفطر إن بالغ، وهذا فيما إذا سبقه الماء في نحو المضمضة المطلوبة في نحو الوضوء. الثالث : لا يفطر مطلقا، وإن بالغ ، وهذا عند تنجس الفم لوجوب المبالغة في غسل النّجاسة على الصائم وعلى غيره لينغسل كل ما في حد الظاهر.

Ringkasannya, menurut kaidah yang mereka gunakan, sesuatu yang masuk ke dalam perut tanpa perintah (maksudnya tanpa ada keperluan syar'i) akan membatalkan puasa, sedangkan jika masuk karena sesuatu yang diperintahkan (baik itu wajib atau sunnah), tidak membatalkan puasa. Dari kaidah ini, terdapat tiga kategori: Membatalkan puasa secara mutlak – baik dengan berlebihan atau tidak. Ini terjadi jika air masuk ke dalam perut tanpa ada keperluan syar'i, seperti saat berkumur-kumur keempat kali (lebih dari yang dianjurkan dalam wudhu), atau saat berendam di air, karena hal itu makruh bagi orang yang berpuasa, atau saat mandi untuk menyegarkan diri atau membersihkan tubuh. Membatalkan puasa jika berlebihan, hal ini berlaku jika air masuk ke dalam perut karena berlebihan dalam berkumur atau istinsyaq (menghirup air ke dalam hidung) dalam wudhu atau mandi yang disyariatkan. Tidak membatalkan puasa secara mutlak, bahkan jika berlebihan. Ini berlaku saat mencuci mulut yang terkena najis, karena diwajibkan berlebihan dalam mencuci najis, baik bagi orang yang berpuasa maupun yang tidak, untuk memastikan semua bagian yang tampak dari mulut benar-benar bersih dari najis.