Kitab Manahijul Imdad adalah syarah (komentar) dari kitab Irsyadul Ibad karya Syekh Zainuddin Malibari. Dengan tebal 118 halaman, kitab ini kemudian dikembangkan oleh Kiai Ihsan dalam sebuah karya monumental setebal 1.050 halaman yang terbagi menjadi dua juz. Meski berada dalam ranah kajian fikih, Manahijul Imdad memiliki karakter unik karena banyak mengangkat nilai-nilai tasawuf. Dalam beberapa bab, kitab ini menonjolkan keutamaan (fadhilah) berbagai ibadah, menjadikannya berbeda dari kitab fikih formal lainnya.

Karya ini merupakan salah satu pencapaian besar Kiai Ihsan sebelum wafat pada tahun 1952, di usia 52 tahun. Setelah sekian lama hanya berbentuk manuskrip dan tersimpan di perpustakaan Kairo, kitab ini akhirnya diterbitkan atas inisiatif keluarga Kiai Ihsan. Manuskrip tersebut ditemukan oleh salah seorang muridnya yang tinggal di Semarang.

Sebelumnya, pada tahun 1936, Kiai Ihsan juga menerbitkan karya di bidang tasawuf berjudul Sirajut Thalibin (Lentera Umat) melalui penerbit Musthafa Babi Al-Halaby di Kairo. Karya tersebut mendapat sambutan luar biasa di dunia intelektual Mesir. Raja Faruk bahkan menawarkan Kiai Ihsan menjadi warga kehormatan Mesir dan mengajar di Universitas Al-Azhar. Namun, tawaran itu ditolak. Kiai Ihsan memilih mengabdikan ilmunya di Pesantren Jampes, Kediri, yang terletak di daerah sunyi. Hingga kini, Sirajut Thalibin menjadi rujukan wajib di berbagai universitas ternama, termasuk di Mesir, Eropa, Amerika, dan Kanada, khususnya pada jurusan teologi dan teosofi.

Selain Manahijul Imdad dan Sirajut Thalibin, Kiai Ihsan juga menulis karya-karya lainnya, seperti Tashrihul Ibarat, sebuah kitab tentang ilmu falak (astronomi) yang ia tulis pada usia 30 tahun. Ada pula Irsyadul Ikhwan (Nasihat untuk Sahabat), sebuah kitab yang membahas hal-hal sederhana seperti kebiasaan minum kopi dan merokok. Meski belum diterbitkan secara luas, kitab ini sangat dikenal di kalangan santri salaf.

Yang luar biasa, Kiai Ihsan tidak pernah belajar langsung ke Mekkah. Namun, kemampuannya dalam bahasa Arab begitu sempurna. Ia mampu menulis kitab dengan gaya bahasa yang indah, padat, dan mendalam. Bahkan, Kiai Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), sangat mengaguminya. Beliau menyamakan Kiai Ihsan dengan ulama besar setingkat mujtahid dan menganjurkan para santri untuk mempelajari kitab-kitab karyanya.

Identitas Kitab Manahijul Imdad

Judul Kitab: Manahijul Imdad

Penulis: Kiai Ihsan bin Dahlan Jampes

Kitab Asal (Induk): Irsyadul Ibad karya Syekh Zainuddin Malibari

Jumlah Halaman: 1.050 halaman (dua juz)

Link Unduh : Download PDF