FoMO (Fear of Missing Out) adalah rasa takut atau cemas akibat tertinggal dari tren tertentu, baik dalam gaya berpakaian, makanan, maupun cara berbicara. Seseorang mungkin merasa terpinggirkan jika gaya pakaiannya berbeda dengan mayoritas, atau jika makanan yang dikonsumsinya dianggap kuno dan tidak mengikuti tren. Lebih memprihatinkan lagi, tren bertutur kata yang banyak diadopsi terkadang bertentangan dengan nilai luhur budaya Indonesia. Fenomena ini marak terjadi di kalangan generasi muda saat ini.

Sebagai agama yang sempurna, Islam memiliki solusi menghadapi berbagai fenomena kehidupan, termasuk FoMO. Allah SWT berfirman:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ اللَّهِۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

"Jika engkau mengikuti (kemauan) kebanyakan orang (kafir) di bumi ini (dalam urusan agama), niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka hanya mengikuti persangkaan belaka dan mereka hanyalah membuat kebohongan." (QS Al-An’am: 116).

Menurut Ath-Thabari dalam Jami'ul Bayan 'an Ta'wil Ayil Qur'an, ayat ini mengingatkan Nabi Muhammad SAW untuk tidak mengikuti ajakan orang-orang yang membuat tandingan bagi Allah, termasuk dalam gaya hidup yang menyimpang. Ayat ini menegaskan pentingnya mempertahankan identitas dan prinsip Islam dalam berbagai aspek kehidupan, seperti berpakaian, makanan, dan perilaku sehari-hari.

Dampak FoMO dalam Kehidupan Masyarakat

Gaya Pakaian yang Tidak Sesuai Nilai Keislaman

Banyak masyarakat yang meniru gaya berpakaian dari luar negeri, seperti pakaian tipis atau ketat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Fenomena ini diperparah oleh kebiasaan memamerkan gaya tersebut di media sosial, sehingga menjadi tren yang ditiru oleh generasi muda. Rasulullah SAW memperingatkan dalam hadits:

"Para wanita yang berpakaian tetapi telanjang, yang berjalan dengan gaya menggoda dan membuat orang lain tergoda... Mereka tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya." (HR Muslim).

An-Nawawi menjelaskan bahwa hadits ini mengajarkan pentingnya kesopanan dalam berpakaian sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT.

2. Konsumsi Makanan Syubhat

Tren makanan kekinian sering kali menggunakan bahan-bahan seperti rhum, yang oleh sebagian ulama di-qiyas-kan dengan khamr sehingga dianggap haram. Dalam menghadapi makanan syubhat, Ibnu Hajar Al-Haitami menganjurkan untuk bersikap wara’ atau berhati-hati dengan meninggalkan hal-hal yang meragukan.

3. Penggunaan Bahasa Gaul yang Mengikis Nilai Budaya

Bahasa gaul atau bahasa asing sering dianggap keren, tetapi penggunaannya dapat menimbulkan kesan kurang sopan, terutama saat berkomunikasi dengan orang yang lebih tua. Islam dan budaya Indonesia sama-sama menekankan pentingnya berbicara dengan baik, lembut, benar, dan santun.

Langkah Menghindari FoMO

1. Berkumpul dengan Teman yang Memberi Pengaruh Positif

Lingkaran pergaulan sangat memengaruhi pandangan hidup seseorang. Ibnu ‘Atha’illah As-Sakandari berpesan agar kita berteman dengan orang-orang yang mengingatkan kita pada Allah SWT dan menjauhi pengaruh buruk.

2. Fokus pada Pengembangan Diri

Dengan mengembangkan potensi diri, seseorang dapat lebih percaya diri dan tidak mudah terpengaruh oleh tren. Mengurangi penggunaan media sosial juga menjadi langkah penting untuk menghindari informasi yang memprovokasi atau tidak bermanfaat.

3. Menjalani Hidup Sederhana

Islam mengajarkan untuk hidup sederhana dan meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda, “Di antara tanda kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak penting baginya.”

Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai Islam, kita dapat menghindari dampak negatif FoMO dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna serta sesuai dengan ajaran agama. Semoga kita senantiasa diberi petunjuk untuk menjalani hidup dengan bijak.