Latar Belakang Penulisan Tafsir Al-Maraghi

Dalam mukadimah Tafsir Al-Maraghi, penulis menyampaikan bahwa banyak orang enggan membaca kitab-kitab tafsir yang tersedia karena gaya bahasanya yang sulit dan penggunaan istilah teknis yang hanya dipahami oleh kalangan tertentu. Atas dasar itulah, Al-Maraghi merasa perlu menyusun sebuah tafsir dengan gaya penyajian yang lebih mudah dipahami dan bahasa yang lebih sederhana, sehingga bisa dinikmati oleh kalangan luas.

Terkait sumber rujukannya, Al-Maraghi tidak hanya mengandalkan ayat Al-Qur’an dan hadis, tetapi juga menggunakan pendekatan rasional (bil ra’yi) dengan tetap mempertimbangkan nilai ilmiah dan kesahihan dari riwayat yang digunakan. Dalam mukadimahnya, Al-Maraghi menegaskan bahwa ia hanya mengutip riwayat yang sesuai dengan logika dan tidak bertentangan dengan ajaran pokok agama. Ia menyatakan bahwa pendekatan seperti ini lebih aman dan dapat diterima oleh kalangan intelektual yang mencari kebenaran melalui dalil dan pembuktian rasional.

Pendekatan yang memadukan sumber naqli (wahyu dan riwayat) dengan aqli (akal dan ilmu pengetahuan) menjadi kekuatan dalam tafsir ini. Di era modern, pendekatan semacam itu menjadi keharusan, mengingat perkembangan sosial, ilmu, dan teknologi yang menuntut penafsiran yang relevan dan komprehensif. Sebaliknya, jika hanya mengandalkan akal tanpa didasari riwayat yang sahih, penafsiran akan rawan penyimpangan.

Karya ini juga merupakan bentuk kontribusi Al-Maraghi dalam dunia ilmu tafsir, dengan cita-cita untuk menjadi sumber ilmu pengetahuan Islam yang mencerahkan. Gaya penafsirannya banyak dipengaruhi oleh para pendahulunya, khususnya Tafsir Al-Manar karya Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, dua tokoh yang menjadi guru besar Al-Maraghi dalam bidang tafsir. Bahkan ada yang menilai bahwa tafsir ini adalah pengembangan atau penyempurnaan dari Tafsir Al-Manar.

Metode Penafsiran dalam Tafsir Al-Maraghi

Dalam menyusun tafsirnya, Al-Maraghi memilih metode tahlili, yakni menafsirkan ayat per ayat sesuai urutan dalam mushaf, dimulai dari surat Al-Fatihah hingga An-Nas. Ia mengelompokkan beberapa ayat berdasarkan tema atau pokok bahasannya.

Setelah memaparkan ayat-ayat tersebut, Al-Maraghi menjelaskan kosakata yang dianggap sulit atau mengandung makna kiasan. Ia tidak menjelaskan semua kata, hanya memilih kata-kata yang berpotensi membingungkan pembaca.

Selanjutnya, Al-Maraghi memberikan penjelasan secara umum mengenai maksud ayat agar pembaca memiliki gambaran besar sebelum memasuki penafsiran yang lebih mendalam.

Corak Penafsiran Tafsir Al-Maraghi

Tafsir Al-Maraghi memiliki corak adabi ijtima’i, yaitu corak penafsiran yang menonjolkan aspek sastra dan sosial. Tujuannya adalah menyampaikan pesan Al-Qur’an dengan gaya bahasa yang indah dan mudah dipahami, serta mengaitkannya dengan kondisi sosial masyarakat.

Al-Maraghi berusaha menyampaikan solusi atas berbagai permasalahan umat, baik dalam lingkup umat Islam maupun masyarakat luas, berdasarkan petunjuk Al-Qur’an.

Beberapa ciri khas dari corak adabi ijtima’i dalam tafsir Al-Maraghi adalah sebagai berikut:

  1. Menghindari istilah teknis keilmuan
    Ia menghindari penggunaan istilah dari ilmu-ilmu seperti nahwu, sharaf, dan balaghah, agar tafsirnya mudah dimengerti oleh orang awam.

  2. Penggunaan bahasa yang mudah dicerna
    Bahasa yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pemahaman masyarakat modern, sehingga pesan Al-Qur’an bisa tersampaikan dengan jelas dan efektif.

  3. Seleksi terhadap kisah-kisah yang ditampilkan
    Al-Maraghi menyaring kisah-kisah israiliyat dan hanya menampilkan kisah yang diyakini valid. Ia menilai bahwa banyak kitab tafsir klasik memuat cerita yang tidak jelas kebenarannya.

  4. Mengintegrasikan sains dengan Al-Qur’an
    Ia memadukan penafsiran Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan modern untuk menunjukkan sisi ilmiah dari mukjizat Al-Qur’an, serta menjawab tantangan logis dari kalangan ilmuwan.

Identitas Kitab

Nama : Tafsir Al-Maraghi

Penyususn : Ahmad Musthofa Ibn Musthofa Ibn Muhammad Ibn Abd Al Mun‟in Al-Maragahi

Jumlah jilid : 30

Download File

Jilid 1 | Jilid 2 | Jilid 3 | Jilid 4 | Jilid 5

Jilid 6 | Jilid 7 | Jilid 8 | Jilid 9 | Jilid 10

Jilid 11 | Jilid 12 | Jilid 13 | Jilid 14 | Jilid 15

Jilid 16 | Jilid 17 | Jilid 18 | Jilid 19 | Jilid 20

Jilid 21 | Jilid 22 | Jilid 23 | Jilid 24 | Jilid 25

Jilid 26 | Jilid 27 | Jilid 28 | Jilid 29 | Jilid 30